Halo, kawan-kawan

Suatu kala ibu saya bercerita hasil USG menunjukkan bahwa saya adalah seorang laki-laki. Nurdin adalah nama yang direncanakan untuk saya ketika lahir.

Entah bagaimana seorang bayi perempuan yang keluar dari Rahim ibu saya. Dirinya pun bingung sebab ibu dan ayah saya, sudah memiliki 4 orang anak laki-laki sebelumnya.

Nama saya pun tiba-tiba harus diganti. Sebab mendadak, satu-satunya arti dari nama yang saya ketahui hanya “Nur”, cahaya dalam bahasa Arab. Selebihnya saya, dan orang tua tidak tahu persis artinya.

12 tahun setelahnya, adik saya lahir, laki-laki. Kelahirannya membuat saya dijuluki “Bontot enggak jadi”.

Di umur 13 tahun saya menulis sebuah cerita fiksi berjudul “The ChronitOosten“. Tulisan itu 100% saya tulis tangan sebab laptop di tahun 2012 adalah barang yang mewah!

Sampai di tahun 2013 kakak saya memiliki laptop dan secara sadar saya mulai memindahkan novel itu ke dalam Ms. Word. Namun…huh…file itu terhapus, karena sebuah virus yang membuat laptop belajar kakak saya harus dirawat-inapkan di penyedia servis.

Kalau boleh jujur, setelah dipikir-pikir lagi, saya punya banyak kesempatan untuk melanjutkannya lagi. Kenapa harus patah semangat? Harusnya saya cari akal, seperti meminjam komputer sekolah (?)

Singkat cerita saya menyerah. Umur berlanjut dan “dewasa” saya menghakimi novel fiksi yang dibuat anak 13 tahun itu dengan kata jelek dan cringe.

Saat ini…menulis menjadi aktivitas yang saya budidaya ulang.

Aspek yang saya buang saat ini justru mengharapkan “kesuksesan” itu sendiri. Menulis terlalu indah untuk digantungkan dari hal yang materialis. Alhamdulillah kalau bisa menggantungkan hidup karenanya. Tapi, bagi penulis prematur, saya kira itu justru jadi senjata mematikan!

dfsdsddfsd